Rabu, 06 Juli 2011

Pendidikan Dasar Komputer pada tingkat Sekolah Dasar

Psikologi pendidikan dan psikologi perkembangan dengan jelas membeberkan kedudukan pendidikan dasar dalam perkembangan dan pembentukan kepribadian anak yang menjalani pendidikan persekolahan tingkat dasar. Pendidikan persekolahan tingkat dasar inilah yang meletakkan dasar perilaku bersekolah selanjutnya (Ki Sarino M, 1982 : 75). Anak didik yang belum mempunyai kesadaran yang mantap tentang kewajiban-kewajiban serta tugas-tugas persekolahan, bisa mengalami kegoncangan mental, ketika menemui pengalaman belajar-mengajar di sekolah yang membuatnya terperangah (Iman Sudiyat, 1982 : 33).

Sejarah pendidikan dasar di Indonesia menunjukkan bahwa bukan baru di tahun sembilan puluhan ini, bahasa asing di ajarkan. Sebelum Perang Dunia II di jaman penjajahan Belanda, di sekolah-sekolah HIS yang sederajat dengan SD, mulai kelas-3 diajarkan bahasa Belanda secara intensif (Sadtono, 1988 : 27). Dan setiap siswa merasa sangat bangga ketika mulai berkenalan dengan bahasa Belanda. Baru seminggu dia belajar bahasa Belanda, si anak sudah bisa mengucapkan sepatah dua patah kata dan atau frasa dalam bahasa Belanda. Ketika di rumah, si anak dengan ucapan yang belum sempurna, namun sudah berani mendemonstrasikan di hadapan ayah-ibunya bahasa yang baru saja dipelajarinya di sekolah. Di malam hari ketika belajar, anak ini membaca buku pelajaran bahasa Belanda yang diberikan sekolah kepadanya dengan suara yang keras, agar orang lain bisa mendengarnya (Lambut, 1988 ; 19).

Di Jaman pendudukan Jepang, sejak kelas 2 Sekolah Rakyat, siswa harus belajar bahasa Jepang melalui aksara Katakana dan Hirakana. Baru di kelas 4 diajarkan aksara Kanji. Secara jujur harus pula dikatakan bahwa siswa Sekolah Rakyat yang belajar bahasa Jepang itu, dapat berbahasa Jepang dengan baik (Lambut 1988 : 36). Semua itu menunjukkan bahwa pelajaran bahasa asing di masa lalu, tidak menimbulkan masalah yang buruk bagi pembelajaran bahasa dan ilmu yang diperuntukkan bagi pendidikan dasar itu.

Minim dana dalam pengadaan Laboratorim Komputer sekolah menjadi masalah klasik. Dapat dipastikan 80 persen sekolah menghadapi kendala yang sama. Di Provinsi Lampung sendiri ini sudah menjadi rahasia umumpengadaan Komputer sulit terealisasi karena beberapa hal, yang pasti tetap ujung-ujungnya duit juga. Apalagi dana BOS kini tidak bisa lagi dialokasikan untuk pembelian Komputer baru. Maka semua tergantung dari Sekolah masing-masing, apakah tetap menjadi sekolah apa adanya atau mau menjadi sekolah yang mampu memberikan solusi.
Satu-satunya bantuan Pemerintah ya cuma dana BOS tersebut, dan lagi dana itu sudah teralokasi pada posnya masing-masing. Padahal pelajaran TIK sudah mulai diperkenalkan sejak SD sebagai bagian dari pelajaran ketrampilan. Apa jadinya jika pelajaran ketrampilan komputer ini hanya menjadi pelajaran “Sejarah” saja?

Solusi Pengadaan Labaoratorium Komputer Sekolah

Ada beberapa solusi untuk dapat melaksanakan pengadaan komputer di sekolah dengan dana seminimal mungkin. Jika hal ini masih mau dijadikan proyek juga, saya tidak ikut-ikutan lho. Silahkan manajemen sekolah melakukan yang terbaik untuk memajukan Laboratorium Sekolah masing-masing.

Melalui Donasi dan Program CSR

Donasi dan Prorgram CSR dapat Sekolah ajukan ke Orang tua wali murid atau perusahaan-perusahaan di sekitar sekolah untuk mendapat tambahan dana atau melalui sistem hibah. Perusahaan biasanya memiliki beberapa komputer yang masa hidupnya dibatasi 2 – 5 tahun namun masih layak pakai dapat sekolah minta sebagai hibah untuk kemajuan pendidikan. Hal ini tentu akan mengurangi biaya pengadaan laboratorium komputer sekolah secara signifikan.

Melalui Optimalisasi Teknologi

Jika program CSR dan Donasi dianggap tidak dapat memberikan solusi, Optimalisasi tekonologi dapat dijadikan upaya terakhir dalam pengadaan Laboratorium Komputer Sekolah murah. Ada beberapa teknologi yang dapat dipakai, namun secara keseluruhan menggunakan solusi yang sama:

1 CPU dibagi menjadi 2 hingga 10 user secara simultan sehingga jika Laboratorium KOmputer Sekolah yang diharapkan ada 20 komputer, maka hanya dibutuhkan 2 CPU, 20 Monitor, 20 Mouse, 20 Keyboard. Dengan asumsi jumlah murid 40 siswa, maka satu Monitor di keroyok 2 orang (idealnya).

Jika harga 1 CPU berkisar antara Rp. 1 Juta – 1,5 juta, maka penghematannya yang dilakukan cukup signifikan. Penghematan lainnya adalah biaya perawatan dan Daya pemakaian Listrik makin berkurang karena jumlah CPU yang menyala semakin sedikit.

Kekurangan dengan teknologi ini adalah dibutuhkan 1 CPU yang memeliki spesifikasi bagus untuk melayani jumlah user yang banyak. Idealnya Komputer P 4 dengan RAM 512 MB dipakai hanya untuk 5 user saja.
Lalu bagaimana teknis pemasangan dan aplikasi apa saja yang dibutuhkan? Tunggu saja kelanjutannya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar